Analis BNI Securities, Alfatih, merekomendasikan "beli" saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) dengan target harga dalam 12-bulan ke depan Rp2.100 per unit. Jika dibandingkan dengan harga penutupan Jumat (16/5) sebesar Rp1.600 per unit, maka harga saham perusahaan manufaktur kayu terintegrasi dan petrokimia itu berpotensi naik sekitar 31,25%.
Pada periode 2 Januari-16 Mei 2008 harga Barito telah merosot 43,36%, dari Rp2.825 menjadi Rp1.600 per saham.
Alfatih mengemukakan, saham Barito telah berhasil menembus level resistensi Rp1.540 per saham. "Setelah menembus level resistensi tersebut, harga BRPT diperkirakan bisa terus menguat ke kisaran Rp1.700-1.800, sebelum akhirnya ke Rp2.100. Sedangkan level supportnya kini berada di Rp1.550," ujarnya.
Pada 2007 Barito mengakuisisi perusahaan petrokimia PT Chandra Asri. Hingga triwulan I 2008 dampak akuisisi tersebut terhadap kinerja Barito masih negatif. Penjualan Barito per Maret 2008 mencapai Rp4,384 triliun. Petrokimia menyumbangkan 98,7% atau Rp4,328 triliun dari penjualan tersebut. Adapun sektor perkayuan yang merupakan bisnis tradisional Barito hanya menyumbang Rp54,81 miliar, ini turun dari Rp90,98 miliar per Maret 2007.
Akan tetapi kendati penjualannya meningkat 3.893,9%, per Maret 2008 Barito gagal membukukan laba kotor. Beban pokok penjualan produk petrokimia yang mencapai Rp4,399 triliun menyebabkan Barito menderita rugi kotor Rp67,14 miliar. Padahal, periode yang sama tahun lalu, ketika hanya menggeluti bisnis kayu, Barito meraih laba kotor Rp18,893 miliar.
Per Maret 2008, rugi bersih Barito meningkat menjadi Rp183,19 miliar (-Rp26 per saham) dari Rp9,57 miliar (-Rp4/saham) pada Maret 2007.
Data StockWatch menunjukkan hingga pukul 11:04 waktu JATS, harga saham BRPT naik Rp80 menjadi Rp1.680 per unit. Volume perdagangannya di Pasar Reguler mencapai 29.460.500 unit, hasil dari 1.012 kali transaksi yang bernilai total Rp48,775 miliar.