Aksi korporasi PT Phapros Tbk (PEHA) melakukan penambahan modal
dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right
issue dengan nilai sebanyak-banyaknya Rp1,1 triliun mundur dari jadwal
awal. "Sementara ini masih proses registrasi di OJK. Ada kemunduran
sedikit terkait dokumen administratif, yang semula dijadwalkan di
November,"kata Sekretaris Perusahaan PT Phapros Tbk, Zahmilia Akbar di
Jakarta.
Disampaikannya, perseroan menjadwalkan tanggal pencatatan HMETD di
Bursa pada 13 November 2019. Adapun, awal perdagangan HMETD di Bursa
pada 13 November 2019 dan akhir perdagangan pada 20 November 2019.
Sebelumnya, anak usaha PT Kimia Farma Tbk. ini telah mendapatkan
persetujuan dari rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada
Agustus kemarin, untuk menerbitkan sebanyak-banyaknya 862,75 juta saham
biasa dengan nilai nominal Rp100.
Adapun, nilai emisi right issue sebanyak-banyaknya sebesar Rp1,1
triliun. Sementara itu, harga pelaksanaan dan jumlah final saham yang
akan ditawarkan akan diumumkan kemudian. Mila mengatakan perseroan masih
berharap dapat melakukan pemenuhan syarat administratif yang dibutuhkan
di OJK, sehingga dapat selesai pada Desember."Kami berharap bisa tetap
jalan tahun ini. We do our best," imbuhnya.
Sebagai informasi, PT Kimia Farma Tbk. telah memberikan konfirmasi
dukungan atas rencana right issue melalui surat tertanggal 28 Maret
2019. Perseroan juga telah memberikan uang muka setoran modal Rp395,95
miliar. Nilai ini merupakan jumlah minimal pelaksanaan penambahan modal
sesuai undang-undang yang berlaku.
Phapros berencana menggunakan dana yang diperoleh dari hasil right
issue sekitar 50% untuk ekspansi organik maupun anorganik perseroan dan
perusahaan anak, sekitar 20% untuk pembayaran sebagian utang jangka
pendek perseroan, dan 30% sisanya digunakan untuk memenuhi modal kerja
perseroan. Sebagai informasi, di kuartal tiga 2019, PEHA membukukan laba
bersih sebesar Rp 59,99 miliar atau tergerus 37,32% dibandingkan priode
yang sama tahun lalu Rp95,73 miliar.
Selain itu, perseroan juga membukukan kenaikan penjualan 13,6%
menjadi Rp791,94 miliar. Penjualan berasal dari segmen Obat Generik
Berlogo (OGB) yang tumbuh 17,93% menjadi Rp422,17 miliar. Diikuti segmen
obat resep yang naik 20,33% menjadi Rp201,17 miliar, serta segmen obat
bebas meningkat 9,4% menjadi Rp155,54 miliar.