PT Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah mengawasi perdagangan saham PT
Dewata Freightinternational Tbk (DEAL) karena telah terjadi penurunan
harga saham di luar kewajaran. Maka lantaran hal tersebut, saham DEAL
masuk kategori unusual market activity (UMA). Hingga akhir perdagangan
sesi I, Selasa (19/11), harga saham DEAL turun hingga auto reject bawah
sebesar 24,92% ke Rp 488 per saham.
BEI dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin menjelaskan, masuknya
saham DEAL pada kategori UMA karena penurunan harga di luar kebiasaan.
BEI telah meminta konfirmasi kepada perusahaan tercatat pada tanggal 18
November 2019. Sampai saat ini, BEI masih menunggu jawaban konfirmasi
perusahaan tercatat. Harga saham DEAL anjlok sejak pekan lalu setelah
menyentuh level tertinggi pada 8 November 2019. Pada saat itu, harga
saham DEAL mencapai Rp 2.090 per saham yang merupakan level tertinggi
sejak IPO pada 9 November 2018.
Dari level tersebut, harga saham DEAL terus merosot hingga Rp 650 per
saham pada penutupan perdagangan kemarin. Dalam enam hari perdagangan,
harga saham DEAL anjlok 68,90%. Sepanjang sembilan bulan pertama tahun
ini, DEAL mencatat pendapatan Rp 129,56 miliar. Pendapatan ini turun
24,91% jika dibandingkan dengan pendapatan pada periode
Januari-September 2018.
Laba bersih Dewata Freight justru naik 23,08% ke Rp 1,92 miliar
hingga akhir September 2019. Kenaikan pendapatan ini terjadi karena
penurunan beban penjualan sebesar 36,83% menjadi Rp 2,71 miliar dan
penurunan beban bunga sebesar 47,57% menjadi hanya Rp 4,32 miliar.
Sebagai informasi, perseroan melalui anak usahanya PT Dewata Makmur
Bersama tengah mempersiapkan ekspansi bisnis di bidang logistik energi.
PT Dewata Makmur Bersama saat ini bergerak pada kegiatan usaha EPC
(Engineering, Procurement, dan Construction) tengah bersiap untuk
merampungkan inisiasi kontrak untuk pengiriman batu bara di wilayah
Pulau Kalimantan dengan nilai investasi Rp200 miliar.
Direktur Keuangan DEAL, Nurhasanah pernah bilang, guna memenuhi
kontrak tersebut, perseroan telah mempersiapkan belanja modal atau
capital expenditure sebesar Rp50 miliar sampai dengan Rp100 miliar untuk
menambah armada sebanyak 40–60 unit dump truck. Selain itu, melalui
anak usahanya yang lain yakni PT Arrow Chain Management Logistics
menambah peluang perseroan untuk menjadi perusahaan logistik yang
terintegrasi dengan merambah bisnis dagang-el melalui kontrak bisnis
yang telah terjalin sebelumnya.
Dengan berbagai ekspansi bisnis yang dilakukan pada 2019, DEAL
menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 84% atau Rp347 miliar. Nilai
tersebut meningkat dibandingkan dengan target pendapatan pada 2018 yakni
Rp187 miliar.Pendapatan tersebut diproyeksi disumbang oleh kontribusi
dari lini bisnis transportasi sebesar 71%, logistik 20%, dan usaha
bisnis yang lain sebesar 9%.
Selain itu, DEAL juga pernah menyampaikan aksi korporasi Penambahan
Modal Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau right issue
dengan melepas sebanyak-banyak 280 juta lembar saham atau 20% dari
modal ditempatkan dan disetor penuh.