Posted by
Seno Kuncoro
Written on
02 July 2019
Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Alkindo Naratama Tbk
(ALDO) memutuskan untuk membagikan dividen kepada pemegang saham sebesar
Rp 1,2 miliar atau sekitar 4,99% dari laba bersih perseroan tahun buku
2018. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di
Jakarta.
Emiten produsen kertas konversi ini menyebutkan, deviden tunai yang
dibayarkan kepada para pemegang saham sebanyak 1,1 miliar saham atau
masing-masing saham akan menerima Rp 1,1 yang akan dibayarkan secara
tunai kepada para pemegang saham perseroan. Sisanya sebesar Rp 23 miliar
yang merupakan 93,32% dari laba bersih perseroan tahun buku 2018
dicatat sebagai laba ditahan.
Kata Herwanto Sutanto, Direktur Utama ALDO, perseroan memproyeksikan
penjualan konsolidasi Rp 1,2 triliun di tahun 2019. “Perseroan menyusun
proyeksi dengan menggunakan data historis dan asumsi dan penelaahan
tentang kondisi pasar pada saat ini sehingga proyeksi ini bisa menjadi
acuan bagi dalam mencapai target kami,”ujarnya.
Sepanjang tahun 2018, PT Alkindo Naratama Tbk mencatat penjualan
bersih konsolidasi meningkat dari Rp708,7 miliar di tahun 2017 menjadi
Rp789,6 miliar. Pertumbuhan penjualan bersih konsolidasi disebabkan oleh
kenaikan penjualan dari Perseroan dan Entitas Anak, sedangkan Laba
bersih konsolidasi pada tahun 2018 adalah sebesar Rp24,2 miliar naik
sebesar Rp11,0 miliar atau 84% dari tahun 2017. Kemudian aset
konsolidasi meningkat sebesar 5% atau sebesar Rp27,4 miliar dari tahun
2017 sebesar Rp498,7 miliar menjadi Rp526,1 miliar di tahun 2018.
Perseroan menjelaskan, aset mengalami kenaikan terutama karena
kenaikan piutang dagang, persediaan, dan aset tetap sementara liabilitas
konsolidasi mengalami penurunan sebesar 5% dari tahun 2017 sebesar
Rp269,3 miliar menjadi Rp254,5 miliar di tahun 2018 atau turun sebesar
Rp14,7 miliar. Sebagai informasi, perseroan telah menyerap 50% dari
alokasi belanja modal sepanjang 2019.
Corporate Secretary Alkindo Naratama, Kuswara mengatakan, perseroan
mengalokasikan belanja modal sekitar Rp57 miliar - Rp60 miliar pada
tahun ini. Hingga Juni 2019, emiten dengan kode saham ALDO ini telah
menyerap Rp35 miliar atau 58% dari alokasi belanja modal. Belanja modal
tersebut digunakan untuk meningkatkan kapasitas produkai lini bisnis
eksisting dan lini bisnis baru. “Karena sudah akuisisi Eco Paper, capex
2019 sekitar Rp57 miliar - Rp60 miliar. Sampai Juni sudah terserap Rp35
miliar,” katanya.
Perseroan juga menambah segmen bisnis baru yakni segmen kertas,
setelah mengakuisisi PT Eco Paper Indonesia (EPI). Perseroan
mengalokasikan belanja modal sekitar Rp15 miliar - Rp20 miliar untuk
EPI. Belanja modal itu untuk pembelian mesin sehingga dapat meningkatkan
kapasitas produksi dari semula 60.000 ton menjadi 65.000 ton per tahun.
Dalam jangka panjang, perseroan juga berencana memasang mesin kedua
untuk EPI.
Setelah akuisisi EPI, ALDO memiliki 4 segmen yang dikonsolidasi yakni
segmen kertas konversi, kertas, kimia, dan polimer. Segmen kimia
merupakan segmen bisnis entitas anak PT Swisstex Naratama Indonesia
(SNI). Adapun, segmen polimer merupakan segmen bisnis entitas anak
lainnya yakni PT Alfa Polimer Indonesia (API).
Kuswara mengatakan, tambahan secara konsolidasi dari EPI bakal turut
mendorong penjualan dan laba perseroan tahun ini. ALDO memproyeksikan
penjualan konsolidasi mencapai Rp1,2 triliun pada 2019. Target ini naik
52 persen dibandingkan realisasi penjualan bersih konsolidasi tahun lalu
sebesar Rp789,6 miliar. Hingga kuartal I/2019, ALDO mengantongi
penjualan bersih Rp300,92 juta, sedangkan laba bersih yang dapat
diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp10,86 miliar.