Posted by
Seno Kuncoro
Written on
23 May 2019
Pacu pertumbuhan bisnis di jalan tol, PT Nusantara Infrastructure Tbk
(META) membuka diri untuk mengakuisisi beberapa ruas tol dalam kota
yang bakal di lepas. Namun, fokus perseroan ketika ingin mengakuisisi
kepemilikan hanya pada jalan tol yang ada di dalam kota tersebut,
sedangkan untuk jalan tol Trans Jawa atau Trans Sumatera tidak akan
dimasuki.
Chief Operating Officer Nusantara Infrastructure, Omar Danni Hasan
mengatakan, perseroan membidik ruas tol dalam kota di Bandung dan
Surabaya. Sementara untuk proyek jalan tol Sumatera masih kurang
menarik. “Dalam proyek jalan tol di dalam kota, perseroan tentunya akan
bekerja sama dengan perusahaan BUMN agar lebih mudah,”ungkapnya di
Jakarta.
Oleh karena itu, perseroan tidak bisa menyiapkan dana terlebih dahulu
sebelum ada target yang dibidik. Bagaimanapun pergeseran keuangan itu
mahal sehingga alokasi dana bisa digunakan sesuai kebutuhan. Sebagai
informasi, tahun ini perseroan mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 2
triliun.
Menurut Danni Hasan, belanja modal tersebut nantinya tidak hanya
digunakan untuk ekspansi bisnis jalan tol saja tetapi lini bisnis
lainnya seperti energi dan air bersih.”Untuk pendanaan belanja modal
yang resmi ada dalam bujet dan pasti keluar itu sekitar Rp 2 triliun.
Namun, apabila perseroan melakukan pembelian aset dan rehabilitasi maka
jumlah tersebut yang belum bisa diperkirakan,”ujarnya.
Disampaikannya, dana belanja modal tersebut berasal dari kas internal
perseroan. Dimana penggunaan 60% di proyek jalan tol dan sisanya di air
bersih dan energi. Tercatat hingga kuartal pertama 2019, penggunaan
dana belanja modal baru mencapai Rp 300 miliar atau masih rendah karena
adanya perubahan kondisi di lapangan.
Kata Omar Danni, harusnya sampai semester satu ini sudah terserap
lebih dari sekitar Rp 1 triliun. Namun karena ada situasi tertentu
membuat pengerjaannya berhenti. “Jadi waktu kita mau bangun, di bawah
tanah ada kabel dan lain, dari situ berhenti karena memindahkan
kabel-kabel saja butuh waktu tiga bulan. Jadi waktunya mundur dan
habis,”paparnya.
Menurut Omar, untuk proyek jalan tol, opsi pengembangan bisnis
tersebut tidak terlalu banyak dan menunggu, sementara tawaran dari
public partnership juga masih sedikit. Kendati demikian, Perseroan
selalu membuka kesempatan dan peluang bagi siapa saja yang ingin bekerja
sama. “Realisasinya juga tidak gampang apalagi sudah dari tahun-tahun
sebelumnya kita coba dan belum ada yang berhasil,”jelasnya.